Selasa, 02 Desember 2008

Kurban Dan Kesalehan Sosial

H I K M A H
Sumber : Republika
Terbit : Rabu 3 Desember 2008 (5 Dzulhijjah 1429 H)

"Maka, dirikanlah shalat karena Rabb-mu, dan berkurbanlah." (QS Alkautsar [108]: 2)

Bagi umat Islam yang mampu, kurban hukumnya wajib. Kurban merupakan salah satu ibadah tertua yang ada. Sesuai perintah Allah SWT dalam ayat di atas, kurban dianjurka kepada para nabi mulai dari zaman Nabi Adam sampai sekarang.
Ibadah kurban merupakan upaya menghidupkan sunah para nabi Allah SWT dengan menyembelih sesuatu dari pemberian-Nya kepada manusia sebagai ungkapan rasa syukur. Kemurnian ketaatan dengan mengerjakan seluruh perintah-Nya adalah bukti syukur tertinggi.
Di antara hikmah berkurban adalah mendekatkan diri atau taqarub kepada Allah SWT atas segala kenikmatan-Nya. Kenikmatan itu jumlahnya demikian banyak, sehingga tak seorang pun dapat menghitungnya. (QS Ibrahim [14]: 34).
Hikmah secara eksplisit & tegas tentang kurban ini, telah diungkapkan dalam Al Qur'an, "Maka makanlah sebagiannya & beri makanlah orang yang rela dengan apa yang adapadanya (yang tidak meminta-minta) & orang yang minta. Demikianlah kami telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur."(QS Alhaj [22]: 36).
Hikmah berikutnya adalah menghidupkan makna takbir di Hari Raya Idul Adha, dari 10 hingga 13 Dzulhijjah, yakni hari Nasar (penyembelihan)- Red dan hari-hari Tasyriq. Dengan setulusnya, kita bersaksi bahwa hanya Allah-lah yang Maha Besar, Maha Esa, Maha Perkasa, dan sifat kesempurnaan lainnya.
Kebahagiaan akan tercapai bila manusia menyadari fungsi keberadaannya di dunia ini hanyalah untuk menjadi hamba & abdi Allah SWT, bukan abdi dunia, ataupun abdi setan. (QS Addzariyat [51]: 56).
Di samping itu semua, Hari Raya Kurban berdimensi sosial kemasyarakatan yang sangat dalam, Itu terlihat ketika pemotongan hewan yang akan dikurbankan, para mustahik yang akan menerima daging-daging kurban itu berkumpul.
Mereka satu sama lainnya meluapkan rasa gembira dn sukacita. Yang kaya dan yang miskin saling berpadu, berinteraksi sesamanya. Luapan kegembiraan di hari itu, terutama bagi orang miskin dan fakir, lebih-lebih dalam situasi krisis ekonomi sekraang ini, sangat tinggi nilainya, ketika mereka menerima daging hewan kurban tersebut.
Ibadah kurban menegaskan Islam adalah agama yang berdimensi sosial. Karena itu, orang Islam yang tidak mampu mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan, dianggap sebagai pendusta agama (QS Alma'un [107]: 1-3)






1 komentar:

yudi ab mengatakan...

Assalaammu'alaikum...
Btw knapa siy kita perlu agama Islam?
Wassalam...
Yudi arif budiman